Tani Muda Santan Kukar Beber Ruang Ekonomi Nelayan Hilang Lantaran Pertambangan

TRIBUNKALTIM.CO, SANTAN - Aktivitas pertambangan yang dilakukan di kawasan Kalimantan Timur seperti di Kota Bontang, memberi dampak buruk bagi ekosistem lingkungan hidup. 

Akibatnya, masyarakat yang bergantung pada hasil alam seperti perikanan dan pertanian jadi kalah. 

Ini disampaikan Taufik Iskandar, Ketua Tani Muda Santan dalam rangka refleksi momentum Hari Sungai Sedunia di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Minggu (27/9/2021). 

Dia jelaskan, hilangnya ruang ekonomi nelayan lantaran hasil tangkapan semakin berkurang.

Baca juga: Wakil Rektor Belum Tahu Ada Pertambangan Ilegal yang Berjarak 50 Meter dari Kampus UIN Samarinda

Baca juga: Dugaan Tambang Liar Dekat UIN Samarinda, Kapolresta Kombes Pol Arif Budiman akan Meninjau

Baca juga: Peringati Hari Sungai Sedunia di Bontang, Tani Muda Santan Gelar Aksi Mural

Bahkan kerang kepah sebagai hewan endemik asli Sungai Santan kini telah punah.

Semenjak sungai dijadikan sebagai media pembuangan air dari settling pond limbah penambangan batubara yang disalurkan ke badan Sungai Santan.

Ditambah lagi, habitat buaya yang tercemar mengkibatan hewan buas itu terpaksa masuk ke pemukiman warga.

Walhasil, telah ada 11 jiwa yang jadi korban akibat terkaman buaya Santan.

Baca juga: Dinas ESDM Kaltim tak Keluarkan Izin, Dugaan Pertambangan Ilegal di Samarinda Semakin Kuat

Kondisi ini terjadi karena hulu Sungai Santan yang seharusnya menjadi kawasan penyangga, berubah menjadi tempat kegiatan pengerukan pertambangan.

"Pada momentum peringatan hari sungai sedunia ini, kami dari Tani Muda Santan menyampaikan sikap," ungkapnya. 

Bahwa DAS Santan adalah ruang hidup bagi warga Desa Santan.

"Bukan ruang untuk dieksploitasi oleh perusahaan tambang," ungkapnya. (*)

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Tani Muda Santan Kukar Beber Ruang Ekonomi Nelayan Hilang Lantaran Pertambangan"

Posting Komentar