Kepala MAN Insan Cendekia Serpong Abdul Basit Outcome Pendidikan Harus Jelas dan Terukur
Suara.com - Dari tahun ke tahun, terutama di masa-masa penerimaan peserta didik baru, di berbagai daerah biasanya selalu ada sekolah-sekolah yang jadi favorit para calon siswa maupun orangtua yang ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Sekolah ini adalah salah satu contohnya, yang antara lain berkat prestasi dan capaian para lulusannya, tahun demi tahun menerima pendaftaran sampai ribuan orang, sementara yang akan diterima hanya berkisar 140-an orang saja.
Sekolah yang saat ini dipimpin oleh Dr. Abdul Basit S.Ag. M.M. tersebut adalah Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Serpong. Belum lama ini, sang Kepala Sekolah yang tergolong baru bertugas di madrasah tersebut setelah sebelumnya merintis dan beberapa tahun memimpin MAN IC Kota Kendari, berkesempatan bincang-bincang dengan Suara.com.
[embedded content]
Berikut petikan wawancara khusus saat itu dengan Kepala MAN IC Serpong Abdul Basit, yang dituliskan ulang dalam format tanya-jawab:
Baca Juga: Bupati Solok Epyardi Asda: Dulu Banyak yang Menolak Vaksin, Sekarang Sudah Antre
Pak, boleh dijelaskan dulu, sejarah MAN Insan Cendekia Serpong ini seperti apa?
MAN IC Serpong berdiri tahun 1996. Dulu namanya SMU Magnet School, dirintis dan didirikan oleh BPPT melalui program science and technology equity program (STEP). Kemudian dalam perjalanannya, SMU Magnet School kemudian beralih ke Kementerian Agama Republik Indonesia menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia mulai tahun 2000, kemudian berproses sampai saat ini tentu. Usia kami sudah di 25 tahun.
Berdasarkan informasi, MAN IC Serpong ini katanya memiliki kaitan dengan Presiden BJ Habibie. Boleh dijelaskan kaitannya seperti apa?
Ya, betul. MAN IC Serpong didirikan dan dirintis oleh BPPT yang pada saat itu ada almarhum Pak Habibie. Jadi, ketika beliau menjadi Menristek, beliaulah sebenarnya yang melahirkan MAN Insan Cendekia. Tapi secara teknis, tentu program itu dijalankan oleh BPPT. Jadi ada harapan dan cita-cita Pak Habibie ingin mendirikan sekolah atau madrasah yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan keimanan dan ketaqwaan. Di mana almarhum punya cita-cita agar alumni MAN IC itu memiliki dua kekuatan itu untuk memimpin bangsa ini.
Karakter siswa seperti apa yang ingin dibentuk oleh MAN IC Serpong ini?
Baca Juga: Komisioner KPAI Retno Listyarti: PTM Jangan Dipaksakan, SOP Harus Dipastikan Berjalan
Karakter yang ingin dilahirkan MAN IC tentu karakter muslim yang mencintai bangsanya. Makanya dalam berbagai pendekatan pelajaran, baik di kelas maupun asrama, dua hal itu dikedepankan. Kita memberikan modal keimanan dan ketaqwaan dalam bingkai NKRI. Karena dua hal itu jadi pondasi penting di MAN IC. Sehingga di kami itu (kalau) target kurikulumnya 100 persen, maka target asrama pun harus 100 persen. Bukan 50-50, tapi 100 persen semua.
Pendidikan yang diterapkan itu umum, dan ada model asramanya juga ya?
Anak-anak kita semua berasrama. Jadi, siswa yang masuk ke MAN IC Serpong (itu) wajib berasrama. Total hari ini ada 412 siswa, karena setiap angkatan kami dibatasi hanya menerima 140 siswa.
Nah, soal prestasi, MAN IC Serpong ini kan menjadi sekolah terbaik se-Indonesia berdasarkan nilai rata-rata UTBK ya. Bagaimana menurut Anda soal (capaian) prestasi tersebut?
Saya kira kalau bicara prestasi, sebenarnya itu bonus, ya, karena target utama kami sebenarnya bukan menjadi yang terbaik, tapi bagaimana siswa-siswi kami melanjutkan studi setelah lulus dari MAN IC tembus ke perguruan tinggi favorit di Indonesia maupun di luar negeri. Itu target utamanya. Kemudian (jika) akhirnya kami menjadi yang terbaik di Indonesia, saya kira itu bonus. Karena untuk bisa tembus ke perguruan tinggi terbaik itu nilainya harus tinggi. Ketika nilai tinggi dan seluruh siswa ikut mempersiapkan tembus ke perguruan favorit, maka secara otomatis pada akhirnya memang kami jadi yang terbaik.
MAN Insan Cendekia Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (12/10/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]Apa sih yang telah dilakukan sehingga MAN IC Serpong bisa jadi madrasah terbaik berdasarkan nilai rata-rata UTBK itu?
Apa yang dilakukan pasti panjang, dan di MAN Insan Cendekia dari awal kita memang sudah bersepakat dengan siswa, dengan guru, dengan orangtua, bahwa ketika masuk ke MAN IC, output dan outcome-nya harus jelas. Kita sudah menjaring anak-anak, kemudian mempersiapkan anak-anak kita dengan kegiatan pembelajaran yang memang fokus kita, memang tujuan (itu) tadi. Sehingga anak-anak kita sudah terbiasa dari masuk, mereka sudah tahu tujuan akhirnya, (bahwa) mereka memang harus tembus ke perguruan tinggi favorit baik di dalam ataupun luar negeri. Sehingga semua proses pembelajarannya akan mengacu ke sana.
Belakangan ini kan pembelajaran dilakukan secara daring (karena pandemi Covid-19). Itu bagaimana aktivitas belajar bisa tetap berjalan efektif sehingga malah mampu menjadi yang terbaik berdasarkan nilai UTBK?
Saya kira, itu yang saya harus acungi jempol ke anak-anak saya di MAN IC. Ternyata pandemi ini tidak mempengaruhi pola belajar mereka. Begitu pun guru-guru, saya juga harus acungi dua jempol kepada mereka. Kenapa? Karena pandemi atau tidak, kami di MAN IC alhamdulillah konsisten, istiqomah dan tetap pada target. Jadi pandemi tidak menjadi halangan buat kami. Pembelajaran daring, saya kira ya, situasinya harus daring (harus ikut). Kementerian Agama juga memfasilitasi dengan aplikasi pembelajaran yang memang dibuat oleh Kementerian Agama, dan itu sangat berguna bagi kita.
Dari tahun ke tahun, infonya banyak orangtua yang memilih agar anaknya masuk ke MAN IC. Menurut Anda, apa sebenarnya yang jadi daya tarik MAN IC sehingga orangtua berbondong-bondong menyekolahkan anaknya ke sini?
Kalau ditanya minat siswa yang mendaftar ke MAN IC Serpong, ya, sejak dulu memang selalu tinggi. Pendaftar kita selalu di atas 2.000-an (orang). Tahun 2021 yang terakhir ini kita di angka 2.500 pendaftar, dan itu saya kira ukuran kita sudah sangat maksimal. Sedangkan yang kita terima hanya 140.
(Lalu) Apa yang jadi daya tarik mereka mau masuk ke MAN IC? Saya kira karena program kita yang konsisten sejak dulu. Program kita, semua hal konsisten menjalankan program itu. Kemudian tentu karena outcome-nya sudah terlihat. Bahwa outcome MAN IC sangat terukur, maka pasti akan jadi daya tarik sendiri bagi siswa maupun orangtuanya agar masuk ke MAN IC Serpong. Dan mereka juga tidak bisa sembarangan masuk ke MAN IC, karena harus melakukan seleksi --dan itu secara nasional-- yang ketat, karena kita by system. Sudah tiga tahun ini kita sudah menggunakan komputer seleksinya, dan itu sangat fair karena tidak ada intervensi dari siapa pun terkait seleksi untuk masuk ke MAN IC Serpong.
Syarat utamanya untuk bisa lolos masuk ke MAN IC ini apa sih, Pak?
Yang jelas, mereka harus mengikuti seleksi. Seleksinya ada tes potensi akademi dan tes potensi belajar. Dua-duanya menjadi parameter (agar) kami bisa menerima, dan itu (seleksinya) dilakukan pihak ketiga, bukan kami yang menentukan. Terakhir, penetapan diterima atau tidaknya di MAN IC itu dilakukan oleh Kementerian Agama Pusat, (dari) Ditjen Pendidikan Islam. Jadi kami hanya menerima hasil seleksi yang sudah ditetapkan.
Menurut Anda, kelebihan dari MAN itu dibandingkan SMA, apa sih?
Kalau kita bicara kelebihan, tentu satu, karena kita boarding. Kedua, penguatan ilmu agama itulah yang tentu jadi kelebihan kita. Karena tentunya di SMA, ya, mohon maaf, anak-anak mungkin tidak full mendapat penguatan dari sisi tentang agama. Dan tentu yang ketiga adalah karena kita punya goals dan target dan tujuan yang jelas. Jadi MAN IC itu punya target tujuan yang jelas. Anak-anak kita yang berada di MAN IC (saat) kemudian lulus itu sudah mengetahui apa targetnya.
Ratusan siswa MAN Insan Cendekia Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), tengah mengikuti kegiatan Bimbingan Konseling di ruang teater, Selasa (12/10/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]Bicara target, bulan lalu kan MAN IC memperingati HUT ke-25 ya. Ke depan target apa lagi yang ingin dicapai oleh MAN IC nih?
Pimpinan kami sudah menyampikan soal target. Setelah 25 tahun perjalanan MAN IC Serpong, kita pun, saya pun atau kami pun, akan terus belajar. Belajar memperbaiki, belajar terus menyempurnakan, belajar terus mengurai berbagai hal yang selama ini belum ada dan belum sempurna. Kami tentu setelah 25 tahun ini, ada beberapa yang kami lakukan. Pertama, transformasi digital. Dari mulai tahun ini, kita sudah memulai semua proses dan layanan berbasis digital. Insya Allah di kelas kami sudah berbasis digital. Di kelas (kami) punya smart classroom, Android TV, daring pun cukup di kelas. Semua sudah kita siapkan.
Kedua, dari sisi layanan, kami sedang kembangkan aplikasi layanan terintegrasi, termasuk layanan ke orangtua, siswa dan masyarakat. Kita punya aplikasi namanya aplikasi LEUIT. Karena kita di (wilayah Provinsi) Banten, jadi kita mengambil nama dari lumbung padinya orang Baduy sebagai tempat penyimpanan padi, bahan pangan pokok untuk ketahanan pangan untuk jangka panjang. Sama dengan aplikasi ini, jadi big data kita ada di situ. Semua administrasi, manajemen, kita kasih nama LEUIT. LEUIT itu Learning, e-Office, Information, (and) Integrated. Itu dilakukan dalam rangka program kami ke depan.
Kemudian tentu di hal lain juga, kita ingin terus memberikan penguatan pada guru-guru kami ketika perkembangan dunia pendidikan semakin cepat, terutama lagi-lagi ke pembelajaran berbasis teknologi informasi. Sedang kita kembangkan beberapa hal untuk di MAN IC Serpong. Kalau prestasi, sudah pasti.
Saya kira hari ini kami tinggal mempertahankan prestasi tingkat nasional, walaupun mempertahankan itu pasti lebih sulit dibandingkan mendapatkan. Kemudian yang kedua, tentunya di level internasional. Alhamdulillah, saya kira, MAN IC Serpong sampai saat ini masih konsisten di bidang olimpiade dan selalu mendapat medali internasional setiap tahun. Dan itu olimpiade yang resmi. Artinya olimpiade yang lanjutan dari kompetisi sains nasional. Tahun ini kita sudah dapat Biologi, Kimia kita dapat medali perak dan perunggu di internasional. Itu awal tahun ini kita dapat. Satu lagi Astronomi, November ini anak saya satu akan bertanding di event internasional.
Itu tidak mudah, karena panjang tahapannya. Mungkin kalau orang melihat hanya dapat medalinya. Padahal mereka mulai dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, (ke) nasional. Setelah nasional, seleksi untuk ke internasional itu panjang, dan itu tidak mudah untuk siswa. Alhamdulillah kita bisa istiqomah, tetap konsisten, kita bisa meraihnya. Dan tentu di tahun yang akan datang saya kira akan sama. Karena sudah dilabeli internasional, jadi kita tinggal mempertahankannya.
Pak Menag (Menteri Agama) katanya memberikan pesan khusus agar MAN IC Serpong tidak terlena, sehingga prestasinya tidak tersalip oleh sekolah lain. Bagaimana itu caranya?
Saya kira betul apa yang disampaikan. Kita tidak boleh terlena, tidak boleh merasa jumawa. Makanya saya bilang tadi, kita akan terus evaluasi. Setiap capaian yang kita raih, kami sudah terbiasa mengevaluasi diri. Capaian yang didapat kita evaluasi. Kenapa? Karena anaknya berganti. Hari ini (misalnya) si A (yang berprestasi), tahun depan kan pasti bukan dia lagi. Maka tentu kita harus evaluasi, mulai dari proses pembinaan, pendampingan, sehingga tidak terlena. Selalu melakukan banyak hal, dievaluasi terkait capaian dan target untuk ke depannya.
Ngomong-ngomong, Bapak sendiri sudah menjabat sebagai Kepala MAN IC Serpong sejak kapan ya?
Saya di MAN IC Serpong mulai 23 April 2021. Saya terhitung masih baru di sini. Sebelumnya saya Kepala MAN IC Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, hampir 5 tahun memimpin IC Kendari. Rasanya pasti berbeda. Di Kendari saya punya cerita merintis MAN IC Kendari berdiri. Saya pertama ke sana dan harus memulai Insan Cendekia Kendari. Saya masih ingat betul, sebelum ke Kendari saya ke MAN IC Serpong untuk meminta saran, pendapat dan masukan ke Kepsek MAN IC Serpong saat itu. Sebelum saya berangkat ke Kendari saya minta petuahnya, saat itu 2016. Saya meminta saran terkait apa yang saya lakukan untuk memulai MAN IC. Alhamdulillah, saya dibekali banyak hal, baik tentang program, konsep, kemudian bagaimana mengelola dan me-manage. Kemudian akhirnya di sini pun, saya tidak menduga masuk ke MAN IC Serpong yang sebelumnya saya datangi.
Sejumlah siswa MAN Insan Cendekia Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), tengah beraktivitas di jam istirahat usai belajar, Selasa (12/10/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]Sebelum di Kendari, (sempat) mengajar di MAN reguler di Bogor, dan saat itu kita ikut open bidding untuk Kepala MAN IC. Kita (sudah) dibekali MAN IC yang punya pedoman diatur oleh Kementerian Agama. Kita punya pedoman bagaimana menjalankan Insan Cendekia.
Anda sendiri memulai karier sebagai guru apa dulunya?
Dulu saya guru Quran Hadist di MAN 5 Bogor, dan menjadi honorer sejak 1999. Kemudian diangkat PNS 2005, berkarier di sana (sebagai) guru dan jadi kepala madrasah. Dan di 2015, saya juga sudah (ikut) assessment kepala madrasah di Jawa Barat. Tapi kemudian 2016 saya ikut assessment di MAN IC, dan lulus kemudian ditempatkan di MAN IC Kendari yang belum pernah saya datangi sebelumnya, dan itu saya harus membangun. Cerita seperti apa membangun, mengelola sekolah madrasah yang boarding school, yang luas tanahnya 10 hektare, saya kira perjalanan itu lumayan cukup mengasah saya selama lima tahun.
Value apa yang Anda dapatkan dan menjadi pegangan saat mengajar di madrasah di Bogor, lalu mendirikan MAN IC Kendari dan kini di MAN IC Serpong?
Saya kira niat. Apa pun yang dilakukan, ketika kita niat bisa bermanfaat buat umat, masyarakat, orang lain, di mana pun bekerja saya kira akan sama. Saya dari dulu punya filosofi bahwa kebaikan itu akan berbuah kebaikan. Dilakukan saja kebaikan di mana pun. Jangan meminta balasan, karena Yang Maha Membalas itu kan Allah SWT. Kalau minta balasan yang besar, ya sama Allah, jangan ke manusia. Kalau manusia bicara rupiah, ya rupiah, tapi kalau dari Allah pasti akan lebih besar. Saya lakukan itu. Jalani saja di mana bekerja, bertugas, karena kita abdi negara tidak pernah meributkan apa pun. Alhamdulillah hari ini ada di Serpong. Saya orang Bogor.
Soal sistem pendidikan kita saat ini, apa saja sih kurang dan lebihnya, menurut kacamata Anda?
Kalau bicara pendidikan secara umum, selalu jadi topik menarik. Yang harus dicermati adalah output dan outcome-nya, apa sih sebenarnya. Ketika kami di SMA, apa sih targetnya, apa output-nya. Saat ini, oke, memang targetnya perguruan tinggi. Tapi terkadang, kita lihat bahwa tidak semua sekolah siap mengantarkan siswa ke perguruan tinggi.
Kedua, setelah UN tidak ada, artinya tidak standar. Apa sih standar minimal yang harus dicapai oleh siswa? Ketika UN, ini tidak ada. Kemudian diganti assessment, walaupun menurut saya, ya mohon maaf, mungkin karena masih baru. Yang jelas, negara harus punya standar bahwa lulusan sekolah itu apa yang didapat oleh siswa. Baik di SMA ataupun MA. Tentu ini penting bagi kami pelaksana di lapangan, sangat penting. Saya melihat, kalau boleh fair dan jujur, bahwa mata pelajaran kita terlalu banyak, sehingga target kita terlalu banyak yang harus dicapai. Siswa tidak bisa fokus. Sementara siswa ketika masuk perguruan tinggi, itu fokusnya satu, bahwa spesialis apa yang akan diambil.
Terakhir, (soal) penguatan pendidikan karakter dan akhlak. Justru selama ini yang dikhawatirkan, pelajaran-pelajaran agama sampai pendidikan karakter kita hilang, karena pendidikan agama yang kurang. Pelajaran agama, tentu harapan kita tak hanya berbasis teori, tapi yang penting pembekalan karakter akhlak yang lebih banyak praktik. Melatih adab, etika, (agar) semua karakter itu bisa dijalankan anak-anak kita.
Menurut Anda, apa tantangan generasi milenial sekarang di era kemajuan teknologi seperti ini?
Karena sudah zamannya teknologi, maka kita harus menyiapkan anak kita siap memakai teknologi. Tantangannya adalah, jangan sampai kita menyiapkan anak kita menjadi konsumen teknologi. Tidak hanya game, kalau kita (terlalu) asyik menggunakan, maka kita akan terjebak. Seharusnya generasi sekarang harus berpikir apa yang akan kita buat di masa depan. Jangan hanya memakai, tapi juga berikir memproduksi, membuat. Kalau hanya memakai, kita rugi sebagai generasi muda.
Tetapi memang (itu juga) tidak bisa dihindari, karena aktivitas apa pun berkaitan dengan teknologi. Umpamanya anak kita dilarang membawa handphone, pilihannya bukan itu, tapi memberikan pemahaman untuk menggunakan handphone untuk masa depannya. Bukan akhirnya kita melarang mereka menggunakan handphone, karena itu (berarti) menyuruh mereka hidup bukan di jamannya. Akhirnya bukan dipatuhi, tapi justru mereka akan mencari cara agar dapat menggunakan handphone. Bagaimana agar tidak kebablasan? Ya, kita memberikan pemahaman literasi digital. (Intinya) Bagaimana kita memberi pemahaman menggunakan (teknologi) digital yang baik dan tentunya sesuai dengan kebutuhannya.
[Wivy Hikmatullah]
Belum ada Komentar untuk "Kepala MAN Insan Cendekia Serpong Abdul Basit Outcome Pendidikan Harus Jelas dan Terukur"
Posting Komentar