Lika-liku Kereta Cepat dari Biaya Bengkak Balik Modal 1 Abad Lebih hingga 111 Ton Besi Dicuri
JAKARTA - Pemerintah saat ini sedang membangun mega proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang mulai di kerjakan pada tahun 2015.
Memasuki usia 6 tahun pada 2021, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ingin fokus pada penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang mulanya ditargetkan rampung akhir tahun 2021, molor target menjadi akhir tahun 2022.
Dari informasi yang dikumpulkan Okezone, Kamis (11/11/2021), progress kereta cepat ini telah berhasil membangun 10 dari 13 terowongan yang ada dengan akumulasi 79% pembangunan.
Dalam perjalanan pembangunan kereta cepat ini, berbagai permasalahan dan kontroversi muncul yang menimbulkan komentar dari masyarakat terkait pembangunannya.
Direktur Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi BPPT Mulyadi Sinung Harjono menjelaskan kereta cepat lokal akan dirancang memiliki kemampuan melaju hingga kecepatan 220-230 kilometer per jam. Dibandingkan dengan kecepatan kereta rel listrik atau KRL Jabodetabek yang hanya melaju di kecepatan 80-100 kilometer jam.
Baca Juga: 111 Ton Besi Proyek Kereta Cepat Dicuri, Konstruksi Aman?
Namun, Bisakah proyek ini selesai sesuai dengan target? Padahal, saat ini proyek tersebut tengah mengalami persoalan bengkaknya biaya proyek atau cost overrun, isu pekerja molor, hingga ratusan ton besi proyek yang di curi!
Biaya Proyek yang Bengkak
Proyek KCJB pada awalnya meng-estimasikan biaya pembangunan sebesar US$6,2 miliar (kurs Rp14.280 per dolar AS) di mana 75 persennya dibiayai oleh Jepang berupa pinjaman bertenor 40 tahun dengan bunga 0,1% per tahun.
Sedangkan menurut laporan yang beredar, biaya pembangunan proyek ini membengkak hingga Rp27,74 triliun dari perkiraan awal sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,5 triliun menjadi USD8 miliar atau setara Rp114,24 triliun.
Salah satu faktor dari pembengkakan biaya pembangunan mega proyek ini di isukan terjadi dari campur tangan antara Indonesia dan China. Melenceng dari kesepakatan awal dengan Jepang, Indonesia malah beralih tangan ke negara China dengan menggandeng PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai vendornya.
Baca Juga: KAI Dapat Kucuran Rp6,9 Triliun, Proyek Kereta Cepat Diguyur Rp4,3 Triliun
Salah satu alasan Indonesia memilih China adalah karena pihak Jepang tidak mau jika tanpa jaminan dari pemerintah, sementara China siap menggarap dengan skema business to business (B to B) tanpa perlu jaminan dari pemerintah.
Hal ini tentunya menjadi topik pembicaraan masyarakat yang geram dengan pengerjaan mega proyek ini.
Sebelumnya
Belum ada Komentar untuk "Lika-liku Kereta Cepat dari Biaya Bengkak Balik Modal 1 Abad Lebih hingga 111 Ton Besi Dicuri"
Posting Komentar